Bulan Ramadhan adalah
bulan yang paling dinanti oleh umat muslim. Saat itu, dianggap sebagai bulan
yang penuh berkah dan rahmah. Semua umat muslim yang sehat dan sudah akil balik
diwajibkan untuk berpuasa sebulan penuh. Meskipun untuk sebagian orang ibadah
puasa cukup berat, tetapi terdapat keistimewaan untuk mendapatkan hikmah dari
Allah berupa kebahagian, pahala berlipat, dan bahkan suatu muhjizat dalam
kesehatan.
Allah berjanji akan
memberikan berkah kepada orang yang berpuasa. Seperti ditegaskan sabda Nabi
Muhammad SAW yang diriwayatkan oleh Ibnu Suny dan Abu Nu'aim: "Berpuasalah
maka kamu akan sehat." Dengan berpuasa, akan diperoleh manfaat secara
biopsikososial berupa sehat jasmani, rohani dan sosial. Rahasia kesehatan yang
dijanjikan dalam berpuasa inilah yang menjadi daya tarik ilmuwan untuk meneliti
berbagai aspek kesehatan puasa secara psikobiologis, imunopatofisilogis dan
biomolekular.
Inilah 20 Mukjizat Puasa
Terhadap Kesehatan Manusia yang dilansir dari jabar.tribunnews.com
1. Keseimbangan anabolisme
dan katabolisme
Berbeda dengan kelaparan
atau starvasi dalam berbagai bentuk dapat mengganggu kesehatan tubuh. Namun
sebaliknya, dalam puasa ramadhan terjadi keseimbangan anabolisme dan
katabolisme yang berakibat asam amino dan berbagai zat lainnya membantu
peremajaan sel dan komponennya memproduksi glukosa darah dan mensuplai asam
amino dalam darah sepanjang hari. Cadangan protein yang cukup dalam hati karena
asupan nutrisi saat buka dan sahur akan tetap dapat menciptakan kondisi tubuh
untuk terus memproduksi protein esensial lainnya seperti albumin, globulin dan
fibrinogen. Hal ini tidak terjadi pada starvasi jangka panjang, karena terjadi
penumpukan lemak dalam jumlah besar, sehingga beresiko terjadi sirosis hati.
Sedangkan saat puasa di bulan Ramadan, fungsi hati masih aktif dan baik.
2. Tidak akan mengakibatkan pengasaman dalam darah.
2. Tidak akan mengakibatkan pengasaman dalam darah.
Kemudian juga berbeda
dengan starvasi, dalam puasa Islam penelitian menunjukkan asam amino
teroksidasi dengan pelan dan zat keton tidak meningkat dalam darah sehingga
tidak akan mengakibatkan pengasaman dalam darah.
3. Tidak berpengaruh pada
sel darah manusia
Dalam penelitian, saat
puasa tidak berpengaruh pada sel darah manusia & tidak terdapat perbedaan
jumlah retikulosit, volume sel darah merah serta rata-rata konsentrasi
hemoglobin (MCH, MCHC) dibandingkan dengan orang yang tidak berpuasa.
4. Puasa pada penderita
diabetes tipe 2 tidak berpengaruh
Puasa ramadhan pada
penderita diabetes tipe 2 tidak berpengaruh dan tidak terdapat perbedaan
protein gula, protein glikosilat dan hemoglobin glikosilat. Namun pada
penderita diabetes tipe tertentu sebaiknya harus berkonsultasi dengan dokter
bila hendak berpuasa. Diantaranya adalah penderita diabetes dengan keton meningkat,
sedang hamil, usia anak atau komplikasi lain seperti gagal ginjal dan jantung.
5. Pengaruh pada Ibu hamil
dan menyusui
Terdapat sebuah penelitian
puasa pada ibu hamil, ibu menyusui, dan kelompok tidak hamil dan tidak menyusui
di perkampungan Afika Barat. Ternyata dalam penelitian tersebut disimpulkan
tidak terdapat perbedaan kadar glukosa serum, asam lemak bebas, trigliserol,
keton, beta hidroksi butirat, alanin, insulin, glucagon dan hormon tiroksin.
Penelitian di Departemen
Obstetri dan Ginekologi dari Gaziantep University Hospital, terhadap 36 wanita
sehat dengan kehamilan tanpa komplikasi berturut-turut dari 20 minggu atau
lebih, yang berpuasa selama bulan Ramadhan untuk mengevaluasi efek Ramadan pada
janin, pengukuran Doppler ultrasonografi dalam peningkatan diameter biparietal
janin (BPD), peningkatan panjang tulang paha janin (FL), meningkatkan berat
badan diperkirakan janin (EFBW), profil biofisik janin (BPP), indeks cairan
amnion (AFI), dan rasio arteri umbilikalis sistol / diastol (S / D) rasio.
Kortisol serum ibu,
trigliserida, kolesterol total, low-density lipoprotein (LDL), high density
lipoprotein (HDL), very Low density lipoprotein (VLDL), dan LDL / HDL rasio
juga dievaluasi sebelum dan sesudah Ramadhan. Hasil penelitian menunjukkan,
tidak ada perbedaan signifikan yang ditemukan antara kedua kelompok untuk usia
janin, berat badan ibu, perperkiraan kenaikan berat badan janin (EFWG), BPP
janin, AFI, dan rasio arteri umbilikalis S / D.
7. Penurunan glukosa dan
berat badan
Studi kohort dilakukan
pada 81 mahasiswa Universitas Teheran of Medical Sciences saat berpuasa.
Dilakukan evaluasi berat badan, indeks massa tubuh (BMI), glukosa, trigliserida
(TG), kolesterol, lipoprotein densitas rendah (LDL), high density lipoprotein
(HDL), dan Very Low density lipoprotein (VLDL), sebelum dan sesudah Ramadhan.
Studi ini menunjukkan bahwa puasa Ramadhan menyebabkan penurunan glukosa dan
berat badan. Meskipun ada penurunan yang signifikan dalam frekuensi makan,
peningkatan yang signifikan dalam LDL dan penurunan HDL tercatat pada bulan
Ramadan. Tampaknya efek puasa Ramadhan pada tingkat lipid dalam darah mungkin
berkaitan erat dengan pola makan gizi atau respon kelaparan biokimia.
8. Pengaruh pada fungsi
kelenjar gondok
Ketika berpuasa ternyata
juga terbukti tidak berpengaruh pada fungsi kelenjar gondok manusia. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan kadar plasma tiroksin
(TS), tiroksin bebas, tironin triyodium dan hormon perangsang gondok (TSH) pada
penderita laki-laki yang berpuasa.
9. Pengaruh pada hormon
virgisteron
Sedangkan pada penelitian
hormon wanita tidak terjadi gangguan pada hormon virgisteron saat melaksanakan
puasa. Tetapi, 80% populasi penelitian menunjukkan penurunan hormon prolaktin.
Penelitian ini menunjukkan harapan baru bagi penderita infertilitas atau
kemandulan wanita yang disebabkan peningkatan hormon prolaktin. Sehingga saat
puasa, wanita tetap berpeluang besar untuk tetap pada kondisi subur.
10. Bermanfaat Bagi
Jantung
Beberapa penelitian
menyebutkan sebenarnya tidak terdapat perbedaan yang mencolok saat berpuasa
dibandingkan saat tidak berpuasa. Puasa Ramadan tidak mempengaruhi secara
drastis metabolisme lemak, karbohidrat dan protein. Meskipun terjadi
peningkatan serum uria dan asam urat sering terjadi saat terjadi dehidrasi ringan
saat puasa.
Saat berpuasa ternyata
terjadi peningkatan HDL dan apoprotein alfa1. Penurunan LDL sendiri ternyata
sangat bermanfaat bagi kesehatan jantung dan pembuluh darah. Beberapa
penelitian "chronobiological" menunjukkan saat puasa Ramadan
berpengaruh terhadap ritme penurunan distribusi sirkadian dari suhu tubuh,
hormon kortisol, melatonin dan glisemia. Berbagai perubahan yang meskipun
ringan tersebut tampaknya juga berperan bagi peningkatan kesehatan manusia.
Post a Comment